Sunday, July 18, 2010

Unholy Confession



Lorong waktu ini, akan segera berakhir, ketika mataku tertutup dan cahaya itu melesat jauh pergi meninggalkan segala kenangan indah dan pahit. Seperti labirin.

Ketika hari ini berakhir, dan nafas ini usai aku akan tertunduk lesu dengan hati membiru, teringat akan dosa-dosaku. Yang tak pernah kusesali. Hanya karena prinsip.

Dalam hitungan tahun, semua akan terjawab, ketika Ia memanggilku, dengan kasar, lugas dan tanpa pamrih. Terbayang perkataanya akan sedemikian keras, namun aku terima. Itulah namanya pil pahit.

Jujur kuakui, terkadang aku seperti melihat dimensi lain, dimensi yang tak bisa orang lain rasa. Dimensi keegoisan diri. Egosentrisme merasuk ke hatiku.

Ayah ku sedemikian keras, namun dalam hatinya, yang masih mampu kubaca, sangat menyayangiku. Cahaya matanya membuatku gelisah hingga detik ini, ketika aku membentak balik kepadanya. Aku akan menyesal nantinya, itu pasti.

Ibuku, selalu diam. Tak pernah marah tak pernah mengeluarkan rasa emosinya setitikpun terhadapku. Hanya ia, hatinya yang tak bisa kubaca. Aku kalah Ibu.

Adikkku yang begitu lucu, terkadang aku sedih kenapa dia ada ketika aku hancur lebur. Terkadang ia manusia yang paling mengerti akan diriku. Sesuatu terjadi padanya. Maka aku akan hilang, tersedot deras ke lubang hitam.

Leluhurku, siapa dia aku tidak tahu, tak ada seorang pun yang memberitahu. Aku penasaran, aku bimbang dan tanpa arah. Hingga aku mencoba sesuatu yang mungkin mereka tidak suka. Dan mulai mengutukiku. Maafkan aku.

Sahabat-sahabatku, namamu terhias di kulitku, kukenang dirimu dan kuberkati kalian agar kalian bahagia sampai akhir hayat, walau aku tak mampu membendung siksaan hidup yang mulai menjerat hati. Nafasku mulai pendek, kuakui hidup ini tak lama lagi.

Wanita yang pernah kusayangi dalam hidupku, im sorry.